Mengukir mimpi diatas sayapsayap langit
Bermain diatasnya sambil terus memainkan pena cahaya
Fajar mungkin saja akan segera berganti menjadi senja
Namun langit akan selalu besama dengan cahaya.
Hujan adalah suatu hal yang sangat saya sukai, karena hujan bentuk rahmat yang Allah kirimkan untuk umat dan alam semestan-Nya. Saat butir-butir hujan turun dari langit, akan selalu ada kesejukan dan ketentraman jiwa di dalamnya, karena hujan pula benih-benih dapat tumbuh, tanaman menjadi subur dan saat hujanlah inspirasi-inspirasi saya dalam membuat sebuah karya muncul :)
Jumat, 20 September 2013
Minggu, 15 September 2013
Denting Waktu
Bagaikan roda yang terus berputar
Menerobos selahselah ruang tanpa batas
Berlari berkejaran seiring detik dalam bola waktu
Masih sanggup kah sang waktu mengejar detik yang berlarian tanpa henti
Kesana dan kemari tanpa kenal lelah
Saat hujan, terik, senja, petang bahkan saat cahaya tak lagi menyapa
Aku masih terpaku
Menatap waktu yang begitu sibuk berdenting
Seolah iya memanggilmanggil namaku
Meminta agar aku segera bangkit, dan berlari mengejar mimpi yang masih menggantung
Di atas langitlangit waktu.
Menerobos selahselah ruang tanpa batas
Berlari berkejaran seiring detik dalam bola waktu
Masih sanggup kah sang waktu mengejar detik yang berlarian tanpa henti
Kesana dan kemari tanpa kenal lelah
Saat hujan, terik, senja, petang bahkan saat cahaya tak lagi menyapa
Aku masih terpaku
Menatap waktu yang begitu sibuk berdenting
Seolah iya memanggilmanggil namaku
Meminta agar aku segera bangkit, dan berlari mengejar mimpi yang masih menggantung
Di atas langitlangit waktu.
Aku dan Hujan III
Hujan perlahan turun
Membaur di atas tanah
Menyapa daun, rumput dan dahan yang mulai kering
Hujan sang rahmat ilahi
Bagai oase dalam savana nan gersang
Ia dikirim Tuhannya ke bumi
Untuk menumbuhkan bijibijian, menyuburkan tanaman
Membasahi ladangladang kehidupan para petani
dan menemaniku, ya menemani aku
Aku yang selalu merindukan hujan.
Membaur di atas tanah
Menyapa daun, rumput dan dahan yang mulai kering
Hujan sang rahmat ilahi
Bagai oase dalam savana nan gersang
Ia dikirim Tuhannya ke bumi
Untuk menumbuhkan bijibijian, menyuburkan tanaman
Membasahi ladangladang kehidupan para petani
dan menemaniku, ya menemani aku
Aku yang selalu merindukan hujan.
Selasa, 10 September 2013
Aku dan Hujan II
Aku mencintaimu
Bagaikan puisi
Terangkai dari katakata sederhana
Yang terus terangkai menjadi bait demi bait
Sederhana namun penuh makna.
Bagaikan puisi
Terangkai dari katakata sederhana
Yang terus terangkai menjadi bait demi bait
Sederhana namun penuh makna.
Aku dan Hujan I
Aku adalah aku
Walaupun bumi kelak
akan mengkis tubuhku
Namun aku akan selalu
hadir
Dalam detak waktu dan
denting irama sang zaman
Bersama karya yang aku
tulis dengan jiwa
Seperti saat kita memejamkan
mata
Akan ada titiktitik putih dalam hitam
Tititk putih yang justru
memperindah
Dan begitulah hidup
Tidak seutuhnya hitam atau putih
Mempunyai warna
masingmasing
Berjalan berganitan
atau bahkan beriringan
Hanya butuh ketegasan
untuk tidak menjadikannya abuabu
Dan akulah puisi
Kita akan terus dan terus
bersamasama
Menyusun kata demi kata
Yang akan menjadi untaian
kalimat dan terangkailah baitbait
Yang terus mengalir bagai aliran
darah
Yang menjalar keseluruh bagian
tubuh waktu
Dan akan merasa mati
Bukan karena tak dapat
udara untuk bernafas
Tapi akan mati jika
tak ada kata.
Kamis, 20 Juni 2013
Bait Senja
Sorot senja
Memancarkan kemerahan
Lembayung yang menemani senja
Menyorotkan tatapan
Yang sulit diterjemahkan.
Ciputat, 15 Juni 2013
Jumat, 07 Juni 2013
Karena-Nya
Karena-Nya aku mampu
Memiliki rasa cinta
Karena-Nya aku mampu
Memiliki rasa sayang
Tak
ingin rasa cinta dan sayangku
Salah
ku berikan
Ku
hanya ingin memberikan cinta dan sayangku
Hanya
untuk yang berhak menerimanya
Ibu, bapak, saudara, sahabat
Dan “Kau”
Ya…
Kau yang kelak menjadi imamku
Kau
yang kelak datang meminangku
Kau
yang akan mencintaiku dan menyayangiku
Semata
karena-Nya
Kau yang mencintai dan menyayang aku dan keluargaku
Dan kau yang akan
menemani hingga akhir waktuku
Aku yang mencintaimu karena-Nya dan
kau yang mencintaiku Karena-Nya
Cinta itulah yang akan abadi
Cinta
karena-Nya.
Oleh : Ayaka Hamasah
>>>Hanya untuk yang halal<<<
d(^_^)b
Kamis, 06 Juni 2013
Umi Abi Ingin Kuraih Syurga Bersamamu
Udara pagi ini terasa begitu pengap, bau mesium begitu menyengat
hidung. Suara tembakan dan
ledakan bom terus meledak seiring detakan jarum jam, bagi kami para anak-anak
dan wanita menjalani aktifitas sehari-hari di dalam lorong ini, sedang kaum
laki-laki berjihad di medan perang .
Tidak ada bermain, tidak ada sekolah, bahkan untuk melihat bebas keluar
dari lorong ini pun sangat sulit. Karena bisa saja saat kami keluar, peluru
jionis mendarat atau bahkan
kami ditangkap lantas disiksa kemudian dibunuh.
Saat ini usiaku genap 7 tahun, satu harap ku pada-Nya agar aku diberi kesempatan membela agama-Nya dan melindungi Negeri ini, walau nyawa taruhannya.
* * *
Terlihat gagah dan mantap saat Abi bersiap berjihad untuk melindungi Negeri ini, negeri kiblat pertama, negeri
para syuhada, palestina yang
kami cintai. Pikiranku teringat pada sosok wanita yang begitu tegar dan kuat, yang selalu
memberi semangat walau kami dalam posisi yang terancam sekalipun, yang selalu memberikan senyumnya dalam
kondisi apapun, sampai pada saat-saat terakhir hayatnya dia masih memberikan senyum itu padaku dan
adik kecilku. Umi khanza, dialah Umiku yang sangat aku cintai. Semoga Allah menempatkannya di syurga
tertinggi-Nya dan menjadikannya bidadari dalam taman Firdaus.
Suatu ketika saat kami dikepung oleh tentara Israel, Umi pernah berpesan padaku dan adik kecilku yang
bernama Ummu Ainun, saat itu Ummu masih berusia 3 tahun dan aku berusia 5 tahun. Walau aku belum terlalu
mengerti tentang apa yang Umi
katakan, tetapi aku selalu ingat akan pesan itu.
“ Harun lindungilah negeri ini, lindungi masjid aqso kita dan semua yang
ada di tanah ini. Umi titip tanah ini dan adikmu, jaga dia baik-baik nak, “ Itulah pesan Umi, pesan
terakhir yang terlontar dari mulutnya.
Umi wafat saat tentar jionis menyerang kami 2 tahun lalu, saat itu Umi tertembak dibagian kepala dan dada, Umi wafat saat melindungi kami. Peluru yang ditujukan kepada Ummu
meleset dan menyarang tepat di kepala dan dada Umi. Aku menyaksikan itu semua bersama Ummu, kami
berdua berada dalam dekapannya. Darah yang merembas keseluruh bajuku dan baju Ummu membuat tentera
jionis mengira kami semua telah mati. Dalam hati aku bersaksi, kelak darah ini
adalah saksi syahid Umi dan
bertanda betepa kejam jionis laknatullah itu !
Hari ini rasanya aku ingin sekali turut bersama Abi untuk pergi berjihad
membela agama ini, dan melindungi tanah Palestina yang kami cintai dan
menebus darah Umi. Namun dia
melarangku untuk ikut bersamanya, dia berpesan agar aku tetap tinggal di sini,
menjaga Ummu dan menantinya pulang, pesan Abi yang selintas sama dengan
pesan Umi untuk menjaga Ummu.
Abi pun pergi bersama mujahid-mujahid lain, tinggallah aku disini bersama
para wanita dan anak-anak negeri Palestin. D’oa untuknya dan para mujahid yang ikut pergi
melawan tentara jionis tak akan henti kupanjatkan, berharap pertolongan Allah
segera hadir untuk menghancupkan tentera jionis. Tentara yang telah merebut umi
dariku, tentara yang telah memporak porandakan negeriku, tentara yang telah
merengkut banyak nyawa dari saudara-saudaraku. Aku berjanji suatu saat aku akan
melawan kalian semua, akan ku hancurkan kalian semua, walau hanya sebongkah
batu yang menjadi senjataku. Atas izin-Nya aku yakin dapat mengalahkan kalian.
Janji ini untuk Umi yang
telah tenang dalam Firdaus-nya, untuk saudara-saudaraku yang telah syahid
dijalan-Nya, dan janji ini untuk tanah Palestin.
3 hari sudah Abi pergi melawan tentara israel, belum ada sedikit kabarpun
yang aku dengar tentangnya. Hanya do’a yang dapat terus aku kirimkan, semoga dia dan para mujahid dapat mengalahkan tentara jionis, dan melindungi tanah
ini, serta besar harapanku dia dapat pulang dengan selamat. Namun jika
nyatanya tidak, aku akan ikhlas karena aku tahu
kepergiannya adalah syahid.
Tembakan-tembakan sangat terdengar jelas dibalik lorong ini, tubuhku sempat
gemeter mendengar suara tembakan yang tiada henti sedari subuh tadi. Namun aku
berusaha untuk tetap tegar dan tenang, dengan terus berdzikir. Ummu yang terlihat begitu ketakutan terus
memelukku erat, Ummu pun ikut
berdzikir bersamaku. Gadis yang sekarang berusia 5 tahun ini sudah terdengar
sangat fasih mengumandangkan dzikir dan sesekali dia membaca surat fatihah,
surat yang diajarkan Umi kepadanya sejak dia berusia 2 tahun. Suara Ummu
membuat hatiku sangat tenang. Dia terus berada dalam dekapanku.
Tiba-tiba suara tembakan yang sangat kencang terdengar, lorong kami yang
berada di bawah tanah ini berguncang,Umi Ali meneriakanku untuk bergegas lari dan
meninggalkan lorong karena tentara telah dekat dan akan mengepung lorong ini.
Aku memegang erat tangan Ummu dan kemudian berlari mengikuti Umi Ali, dialah Umi pemimpin kelompok kami dalam lorong ini.
“ Ka aku lelah “ suara Ummu terdengar samar, saat beberapa puluh meter lagi kami sampai di tempat
persembunyian.
“ Sebentar lagi kita sampai dik “ kataku sambil terus memegang erat tangan
adik kecilku.
Langkah tentara semakin dekat
terdengar, kami tertinggal dari rombongan dan seketika itu pun peluru dari
salah seorang tentara melayang kearah kami, tubuhku dan Ummu seketika jatuh ke
tanah. Setelah itu entah apa yang terjadi.
* * *
Saat mataku terbuka yang ku temui adalah
wajah Umi Ali dan beberapa suster berwajah Asia.
“Umi, mana Ummu ?” Tanyaku.
“Ummu telah syahid menyusul Abi
dan Umimu nak” Ummi mendekapku erat.
Tak kuasa ku bendung air mataku,
kini aku harus kehilangan Ummu adik kecilku dan juga Abi. Namun aku menyadari,
aku harus mengikhlaskan mereka, mereka telah tenang dan bahagia dalam
Firdaus-Nya.
Mulai detik ini tekatku semakin
bulat untuk menebus darah Umi, Abi dan Ummu, serta seluruh warga Palestina.
Kelak akan ku hancrkan kalian wahai tentara jionis laknatullah !
Langganan:
Postingan (Atom)