Kamis, 20 Juni 2013

Bait Senja


Sorot senja
Memancarkan kemerahan
Lembayung yang menemani senja
Menyorotkan tatapan
Yang sulit diterjemahkan.

Ciputat, 15 Juni 2013

Jumat, 07 Juni 2013

Karena-Nya




Karena-Nya aku mampu
Memiliki rasa cinta
Karena-Nya aku mampu
Memiliki rasa sayang
                        Tak ingin rasa cinta dan sayangku
                        Salah ku berikan
Ku hanya ingin memberikan cinta dan sayangku
                        Hanya untuk yang berhak menerimanya
Ibu, bapak, saudara, sahabat
Dan “Kau”
            Ya… Kau yang kelak menjadi imamku
                        Kau yang kelak datang meminangku
                                    Kau yang akan mencintaiku dan menyayangiku
            Semata karena-Nya
Kau yang mencintai dan menyayang aku dan keluargaku
Dan kau yang akan menemani hingga akhir waktuku
                        Aku yang mencintaimu karena-Nya dan kau yang mencintaiku Karena-Nya
Cinta itulah yang akan abadi
                        Cinta karena-Nya.





Oleh : Ayaka Hamasah 
>>>Hanya untuk yang halal<<<
d(^_^)b


Kamis, 06 Juni 2013

Umi Abi Ingin Kuraih Syurga Bersamamu




Udara pagi ini terasa begitu pengap, bau mesium begitu menyengat hidung. Suara tembakan dan ledakan bom terus meledak seiring detakan jarum jam, bagi kami para anak-anak dan wanita menjalani aktifitas sehari-hari di dalam lorong ini, sedang kaum laki-laki berjihad di medan perang .
Tidak ada bermain, tidak ada sekolah, bahkan untuk melihat bebas keluar dari lorong ini pun sangat sulit. Karena bisa saja saat kami keluar, peluru jionis mendarat atau bahkan kami ditangkap lantas disiksa kemudian dibunuh.
Saat ini usiaku genap 7 tahun, satu harap ku pada-Nya agar aku diberi kesempatan membela agama-Nya dan melindungi Negeri ini, walau nyawa taruhannya.
* * *
Terlihat gagah dan mantap saat Abi bersiap berjihad untuk melindungi Negeri ini, negeri kiblat pertama, negeri para syuhada,  palestina yang kami cintai. Pikiranku teringat pada sosok wanita yang begitu tegar dan kuat, yang selalu memberi semangat walau kami dalam posisi yang terancam sekalipun, yang selalu memberikan senyumnya dalam kondisi apapun, sampai pada saat-saat terakhir hayatnya dia masih memberikan senyum itu padaku dan adik kecilku. Umi khanza, dialah Umiku yang sangat aku cintai. Semoga Allah menempatkannya di syurga tertinggi-Nya dan menjadikannya bidadari dalam taman Firdaus.
Suatu ketika saat kami dikepung oleh tentara Israel, Umi pernah berpesan padaku dan adik kecilku yang bernama Ummu Ainun, saat itu Ummu masih berusia 3 tahun dan aku berusia 5 tahun. Walau aku belum terlalu mengerti tentang apa yang Umi katakan, tetapi aku selalu ingat akan pesan itu.
“ Harun lindungilah negeri ini, lindungi masjid aqso kita dan semua yang ada di tanah ini. Umi titip tanah ini dan adikmu, jaga dia baik-baik nak,Itulah pesan Umi, pesan terakhir yang terlontar dari mulutnya.
Umi wafat saat tentar jionis menyerang kami 2 tahun lalu, saat itu Umi tertembak dibagian kepala dan dada, Umi wafat saat melindungi kami. Peluru yang ditujukan kepada Ummu meleset dan menyarang tepat di kepala dan dada Umi. Aku menyaksikan itu semua bersama Ummu, kami berdua berada dalam dekapannya. Darah yang merembas keseluruh bajuku dan baju Ummu membuat tentera jionis mengira kami semua telah mati. Dalam hati aku bersaksi, kelak darah ini adalah saksi syahid Umi dan bertanda betepa kejam jionis laknatullah itu !
Hari ini rasanya aku ingin sekali turut bersama Abi untuk pergi berjihad membela agama ini, dan melindungi tanah Palestina yang kami cintai dan menebus darah Umi. Namun dia melarangku untuk ikut bersamanya, dia berpesan agar aku tetap tinggal di sini, menjaga Ummu dan menantinya pulang, pesan Abi yang selintas sama dengan pesan Umi untuk menjaga Ummu.
Abi pun pergi bersama mujahid-mujahid lain, tinggallah aku disini bersama para wanita dan anak-anak negeri Palestin. Doa untuknya dan para mujahid yang ikut pergi melawan tentara jionis tak akan henti kupanjatkan, berharap pertolongan Allah segera hadir untuk menghancupkan tentera jionis. Tentara yang telah merebut umi dariku, tentara yang telah memporak porandakan negeriku, tentara yang telah merengkut banyak nyawa dari saudara-saudaraku. Aku berjanji suatu saat aku akan melawan kalian semua, akan ku hancurkan kalian semua, walau hanya sebongkah batu yang menjadi senjataku. Atas izin-Nya aku yakin dapat mengalahkan kalian. Janji ini untuk Umi yang telah tenang dalam Firdaus-nya, untuk saudara-saudaraku yang telah syahid dijalan-Nya, dan janji ini untuk tanah Palestin.
3 hari sudah Abi pergi melawan tentara israel, belum ada sedikit kabarpun yang aku dengar tentangnya. Hanya do’a yang dapat terus aku kirimkan, semoga dia dan para mujahid dapat mengalahkan tentara jionis, dan melindungi tanah ini, serta besar harapanku dia dapat pulang dengan selamat. Namun jika nyatanya tidak, aku akan ikhlas karena aku tahu kepergiannya adalah syahid.
Tembakan-tembakan sangat terdengar jelas dibalik lorong ini, tubuhku sempat gemeter mendengar suara tembakan yang tiada henti sedari subuh tadi. Namun aku berusaha untuk tetap tegar dan tenang, dengan terus berdzikir. Ummu yang terlihat begitu ketakutan terus memelukku erat, Ummu pun ikut berdzikir bersamaku. Gadis yang sekarang berusia 5 tahun ini sudah terdengar sangat fasih mengumandangkan dzikir dan sesekali dia membaca surat fatihah, surat yang diajarkan Umi kepadanya sejak dia berusia 2 tahun. Suara Ummu membuat hatiku sangat tenang. Dia terus berada dalam dekapanku.
Tiba-tiba suara tembakan yang sangat kencang terdengar, lorong kami yang berada di bawah tanah ini berguncang,Umi Ali meneriakanku untuk bergegas lari dan meninggalkan lorong karena tentara telah dekat dan akan mengepung lorong ini. Aku memegang erat tangan Ummu dan kemudian berlari mengikuti Umi Ali, dialah Umi pemimpin kelompok kami dalam lorong ini.
“ Ka aku lelah “ suara Ummu terdengar samar, saat beberapa puluh meter lagi kami sampai di tempat persembunyian.
“ Sebentar lagi kita sampai dik “ kataku sambil terus memegang erat tangan adik kecilku.
Langkah tentara semakin dekat terdengar, kami tertinggal dari rombongan dan seketika itu pun peluru dari salah seorang tentara melayang kearah kami, tubuhku dan Ummu seketika jatuh ke tanah. Setelah itu entah apa yang terjadi.
* * *
Saat mataku terbuka yang ku temui adalah wajah Umi Ali dan beberapa suster berwajah Asia.
“Umi, mana Ummu ?” Tanyaku.
“Ummu telah syahid menyusul Abi dan Umimu nak” Ummi mendekapku erat.
Tak kuasa ku bendung air mataku, kini aku harus kehilangan Ummu adik kecilku dan juga Abi. Namun aku menyadari, aku harus mengikhlaskan mereka, mereka telah tenang dan bahagia dalam Firdaus-Nya.
Mulai detik ini tekatku semakin bulat untuk menebus darah Umi, Abi dan Ummu, serta seluruh warga Palestina. Kelak akan ku hancrkan kalian wahai tentara jionis laknatullah  !


Sekilas


Hujan yang tak sempat turun dari langit
Gemintang berkelip ceria, walau dalam pekat langit malam
                        Lambaian daun seolah menyapa seorang kawan disana
Dan angin yang mulai mendekati daun telingan mulai bertanya
 “How are you there?”

Oleh : Ayaka Hamasah